Pertamina Kembangkan Bahan Bakar Pesawat dengan Campuran Minyak Sawit

Pertamina Kembangkan Bahan Bakar Pesawat dengan Campuran Minyak Sawit Pertamina Kembangkan Bahan Bakar Pesawat dengan Campuran Minyak Sawit

Jakarta – PT Pertamina (Persero) mengembangkan bahan bakar pesawat memakai campuran minyak kelapa sawit bagai upaya menurunkan emisi karbon sektor transportasi udara.

Produk bernama Bioavtur J2.4 tercantum dibuat oleh Kilang Pertamina Internasional di Cilacap, Jawa Tengah.

“Meterusi tahap pengembangan yang komprehensif, Bioavtur J2.4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil,” kata Sekretaris Perusahaan Subholding Refining & Petrochemical Pertamina Ifki Sukarya, Rabu (8/9).

Sejak 2014, Pertamina telah merintis penelitian beserta pengembangan bioavtur mekemudiani Kilang Dumai beserta Kilang Cilacap.

Saat ini, performa bioavtur sudah optimal memakai perkelainanan kinerja hanya 0,2-0,6 persen mengenai kinerja avtur fosil.

Produk Bioavtur J2.4 buatan Pertamina mengandung bahan bakar nabati daripada minyak inti kelapa sawit sehebat 2,4 persen melantasi teknologi katalis.

Kontribusi perseroan ekstra dalam mengembangkan bahan bakar nabati pesawat terhormat dilakukan meliputi dua tahap penting.

Tahap terutama ditandai lewat sistem Hydrodecarboxylation lewat target awal adalah produksi diesel biohidrokarbon bersama bioavtur dalam skala laboratorium.

Sedangkan tahap kedua ditandai dengan metode Hydrodeoxygenation berupa diesel biohidrokarbon yang lebih efisien. Pada 2020, Kilang Dumai berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon yang 100 persen berpangkal dari bahan baku nabati, yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

RBDPO adalah minyak kelapa sawit akan sudah medahului prosedur penyulingan kepada menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan kepada menghilangkan warna maka bau.

Tahap awal tercantum selaku langkah bermakna pengembangan produk hijau, terbersarang diesel hijau bersama bioavtur.

Ifki menyampaikan bahwa bioavtur yang dihasilkan Kilang Cilacap melalui bahan baku inti kelapa sawit memakai avtur fosil.

Saat ini, kapasitas produksi bioavtur hadapan Kilang Cilacap mencapat 8.000 barel per hari. Pertamina berkomitmen mau terus meningkat angka produksi bioavtur bersama melihat kebutuhan pasar mulai 2023.

“Pengembangan Bioavtur J2.4 Pertamina selaras demi peta jalan energi apik Kementerian ESDM terkait pencampuran bahan bakar nabati engat 5 persen dalam tahun 2025, termeruyup menjumpai moda transportasi udara,” ujar Ifki.

Produk Bioavtur J2.4 ini buat metinggali masa pengujian selama sembilan hari menggunakan pesawat CN-235-220 milik PT Dirgantara Indonesia.

Pesawat uji itu take-off dan mendarat dalam Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Dalam masa uji terbang, pesawat akan melakukan pengisian bahan bakar demi bioavtur J2.4 dalam Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Sebelumnya, produk bioavtur ini telah dua kali uji statik di test-cell milik PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia beserta menggunakan bahan bakar avtur Jet A1 beserta bioavtur (J2.0 beserta J2.4) demi mesin CFM56-3, yaitu demi 23-24 Desember 2020 beserta 24-25 Mei 2021.

Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa performansi mesin yang menggunakan bioavtur (J2.0 dan J2.4) memberikan korelasi yang kembar dengan menggunakan Jet A1.

Berdasarkan keberesan uji stasioner,tik, maka tahap selanjutnya sama dengan melakukan uji terbang menjumpai memastikan penggunaan bioavtur secara teknis lagi keamanan dapat diimplementasikan dengan baik.